Nasionalopini

Memaknai Kemerdekaan Republik Indonesia dengan Jiwa Merdeka Oleh : Indra Mustika

Indra Mustika
Indra Mustika

Sudah 70 tahun lebih Indonesia merdeka sejak diproklamasikan teks kemerdekaan pada tangal 17 agustus 1945 Oleh Bung karno, bertempat di Jln. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta, yang pada waktu itu sebagai rumah tempat tinggal Soekarno. Ibarat Kilat, Prokalamasi ini menjalar ke seluruh pelosok tanah air yang disambut dengan gagap gempita oleh seluruh rakyat. Dalam proses perjalanan negeri ini, dari sejak kemerdekaan sampai pada kekinian, berbagai dinamika menemani bangsa ini dalam berikhtiar untuk pengewajantahan tujuan kemerdekaan Republik Indonesia, namun masih jauh dari harapan.

Kemerdekaan didambakan oleh rakyat Indonesia pada waktu itu untuk membebaskan keterjajahan yang berkepanjangan, para pahlawan mengorbankan jiwa raga demi kemerdekaan bangsa ini, akhirnya kemerdekaan terjadi. Pembebasan dari belenggu penjajahan membuat rakyat Indonesia semakin punya harapan dalam menata kehidupan berbangsa yang bermartabat serta diharap terciptanya kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan masih menjadi cita-cita bangsa ini, arus gerak bangsa sudah tertatih-tatih dalam merangkak mengejar cita-cita bangsa, karena berbagai problematika, ketimpangan dan kesenjangan sosial masih menjadi lawan bangsa ini.

Dibalik Kemerdekaan terdapat Ketimpangan

Permasalahan kekikinian menjadi hal yang membuat bangsa ini seperti gajah lumpuh, terlalu banyak masalah Indonesia yang perlu diselesaikan baik kesenjangan social, ketidak adilan, ketimpangan hukum, politik transaksional, keterbelakangan pendidikan, Korupsi, konsumerisme dan krisis kepemimpinan. Korupsi katakanlah, berimplikasi kroposnya bangsa ini dengan maraknya pejabat korup yang menggerup kekayaan bangsa demi kepentingan pribadi, seperti antrian saja melihat para pejabat berjejeran ditangkap dalam kasus yang menakutkan bagi bangsa ini. Kemerdekaan Indonesia sudah 70 tahun, namun masih saja penjajahan cara lain mengidap bangsa ini, sebuah kutipan dari guru Bangsa Prof. Ahmad Syafii Maarif, dimuatkan dalam buku Islam dalam bingkai Keindonesiaan dan kemanusiaan : Terlalu banyak penyimpangan dan bahkan kejahatan moral yang kita lakukan, tidak jarang atas nama Tuhan. Ini tidak lain dari perbuatan orang yang membajak Tuhan untuk kepentingan rendah sesaat tampa rasa dosa dan menyesal. Pemandangan yang tidak elok ini tidak boleh diperagakan terus, sebab pasti akan memuakan orang yang berpikir jernih dan dalam, apapun agama dan sukunya… Indonesia adalah sebuah bangsa yang mengaku beragama, tetapi setiap hari dan setiap malam nilai – nilai luhur agama itu di injak dan diperkosa dengan dipayungi oleh berbagai pembenaran teologis dan kutipan-kutipan sacral.

Bung Hatta mengatakan “lebih baik makan tempe merdeka dari pada makan pizza tapi menjadi budak”, Bung Hatta memberi ketegasan untuk bangsa ini bahwa perbudakan haram hukumnya bagi manusia yang masih sehat akalnya walaupun harus menderita, perbudakan adalah lawan merdeka itu sendiri, tidak ada kemerdekaan jika masih ada perbudakan, perbudakaan gaya baru yang entah sadar atau tidak bagi rakyat yang merdeka bahwa bangsa ini sudah diperbudak oleh Penguasa yang semakin menguasai system yang tidak atas nama untuk kesejahteraan rakyat tapi demi memperkaya diri dan kepentingan kelompok sesaat, bahka mental terjajah masih menjadi traumatic anak bangsa, subtansi kejiwaan masih belum merdeka masih ada jiwa yang merasa terjajah dan masih ada penjajahan gaya baru yang membuat rakyat menderit. Dibalik kemerdekaan terdapat kemiskinan, potret bangsa ini seperti mengandung unsur kapitalis akut yang kaya semakin kaya dan kemiskinan semakin merayap menyentuh perut rakyat, bukankah suara perut lebih keras dari pada suara mulut?. Kemiskinan adalah lawan kita bersama, ini hal yang harus menjadi perhatian pejabat bangsa, jangan kita menyelimuti kondisi bangsa ini dengan retorika-retorika politik yang seolah-olah tampa masalah sedangkan rakyat sensara, kita harus jujur dan berani mengungkapkan kondisi carut marutnya permasalahan bangsa kita demi melihat kondisi ril untuk reka-formula masa depan bangsa yang lebih baik.

Indonesia merdeka rakyat masih sensara

Kemerdekaan adalah bentuk kebebasan dalam mengekspresikan berbagai keinginan yang penuh tanggung jawab, tampa ada pemaksaan dan jauh dari tiranik penjajahan, kemerdekaan bangsa ini sudah diakui oleh bangsa lain walaupun dibalik kemerdekaan terdapat kemiskinan, setidaknya kita sudah bisa focus memusatkan perhatian kedalam jantung bangsa tampa diganggu oleh Negara lain, kemerdekaan disampul sudah membuat kita percaya diri namun isinya masih belum selesai digarap dalam menoreh tinta sejarah visi kemerdekaan yang sesungguhnya bagi kesadaran rakyat yang merdeka dengan segala kekurangannya, tapi masih ditelantarkan oleh sebagian kaum elite bangsa ini. Keterbelakangan pendidikan katakanlah yang oleh Negara wajib belajar 12 tahun belum maksimal dalam pemerataan, banyak sekali desa tertinggal tidak tersentuh pendidikan, contah saja didesa saya pendung hiang kecamatan tanah kampung kota sungai penuh provinsi jambi, ada banyak anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah Karena ekonomi keluarga lemah, karena apa desa saya sebagai contoh, bukankah Negara Indonesia terdiri-dari kumpulan ribuan desa hampir separuh adalah desa tertinggal? Ditambah masalah politik yang keluar dari oreantasi yang sesungguhnya.

Masalah perpolitikan oleh elite politik sarat akan kepentingan tampa sulit mengenal siapa yang mengabdi untuk rakyat dan siapa yang menjarah hak rakyat, apalagi saat ini, tapi tidak sulit bagi yang mau meluruskan niat. Dimomen PILKADA serentak ada banyak daerah yang calon tunggal, yang jadi pertanyaan! dimana parpol?, ini dikarenakan ada partai politik yang tidak setuju dengan pemilihan kepala daerah serentak, akhirnya sikap oposan surplus yang mengorbankan rakyat, sedangkan Parpol punya kewajiban mengusung calon pemimpin untuk bangsa ini, apalagi bagi yang ingin mencalon harus membayar ongkos yang relatif mahal kepada partai, maka tidak heran bahwa kepala daerah banyak yang tersandung korupsi dikarenakan harus mengembalikan ongkos yang telah dikeluarkan, Kestabilan politik dalam negeri sangat mempengaruhi ekonomi kita, seharusnya Partai politik tidak krisis kepemimpinan, parpol telah siap untuk melahirkan pemimpin yang tidak tunavisi, tunapeka dan ajimumpung ,.

Perekonomian kita semakin melemah pada saat ini, kalau dibandingkan dengan korea selatan dimana korea selatan merdeka dari penjajahan 2 hari setelah bangsa ini merdeka, namun saat ini korea selatan secara ekonominya dilihat dari kemakmuran diperingkat 16 termakmur dari 214 negara, sedangkan Indonesia peringkat 116, artinya bangsa ini belum maksimal dalam mensejahterakan dan ada sesuatu yang salah dalam menata keindonesiaan. Ditambah akan ada arus besar ekonomi 2015 yaitu Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), ekonomi asean merupakan pekerjaan besar bagi bangsa ini, namun apakah mampu Indonesia memproteksi pasar tradisional dalam meghadang arus ekonomi bebas, sedangkan saat ini kita masih merasakan inflasi yang sangat menyesakan dada?, Pasar-pasar tradisional akan dikalahkan oleh produk luar negeri yang kemasannya lebih bagus dan murah padahal bahan bakunya dari Indonesia, artinya kita belum mampu membangun sumber daya manusia. Bahan pokok 70% nya hasil impor, contohnya daging sapi dari Australia, makanya akan mudah spekulan mempermainkan harga sehingga rakyat menjadi korbannya. Di Indonesia pengangguran semakin bertambah karena kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan, walaupun ada dicanang gerakan nasional berwirausaha untuk memunculkan rakyat mandiri namun sampai saat ini belum menunjukan hasil yang memuaskan, pemerintah belum maksimal melakukan pelatihan ketrampilan yang berbasis pemberdayaan, “ apalah arti Indonesia merdeka sedangkan rakyatnya sensara?”,

Mengisi Kemerdekaan dengan gerak jiwa merdeka

Setelah membaca kondisi Indonesia, kita harus merasa mempunyai tanggung jawab dalam penyempurnaan kemerdekaan bangsa ini, hari depan bangsa ini sepenuhnya ditangan kita, tidak ada yang tidak terjadi jika kita mau berikhtiar dalam membenahi dan menata kembali bangsa ini demi kemakmuran, kemanusiaan dan keindonesiaan. Keindonesiaan kita masih banyak stok tokoh yang jujur dan bermutu hanya saja perlu diberi kesempatan tampil dalam gerakan membawa Indonesia raya menuju rakyat sejahtera. Mengisi kemerdekaan, kita harus menyisir ketimpangan dari berbagai dimensi, Pendidikan yang harus bermutu, koruptor harus dilumpuhkan karena sudah menjarah hak rakyat, membangun daya ekonomi mapan, dengan membangun ketrampilan; baik Pertanian, Industri Rumahan, sector perikanan dan ketrampilan lainnya. Kebodohan yang masih menjadi permasalahan bangsa, kebodohanlah yang membuat kemiskinan dan keterbelakangan, maka kita harus membuka pikiran dan hati untuk memberi empati melalui kebijakan pendidikan yang mencerdaskan rakyat, membangun iklim kestabilan politik, menjaga dan mengontrol jalannya demokrasi yang tampa oligargi diskriminatif.

Ruh pancasila sebagai Postulat gerakan penyempurnaan kemerdekaan yang telah dirumuskan oleh pikiran bung Karno ini sangat penting, Penterjemahan nilai pancasila sebagai nilai moral pembangunan bangsa, haruslah disadari oleh seluruh rakyat Indonesia terutama elite bangsa yang memegang pusat kekuasaan baik Legislatif, yudikatif maupun eksekutif. Kemanusiaan yang adil dan beradab pada ayat ke dua pancasila merupakan sikap berbangsa dalam gerak berbagai kebijakan untuk pensejahteraan pemerataan pembangunan bangsa tercinta.

Dengan memberi kesadaran partisipatif seluruh anak bangsa untuk menguatkan rasa patriotisme dan nasionalisme dipusat kesadaran otak dan hati, dari rakyat pinggiran sampai masyarakat perkotaan, semuanya yang dalam garis teritorial keindonesiaan untuk selalu mendedikasikan pikiran dan tenaga dalam upaya penyempurnaan kemerdekaan Indonesia dengan cara apapun selagi masih dalam koridor kebenaran yang berbasis pada kemaslahatan. Pada tanggal 17 agustus 2015 HUT RI Ke-70 menjadi moment tepat dalam menapak jejak sejarah menangkap api perjuangan untuk membangun masa depan bangsa yang lebih baik. Perjuangan kita saat ini belum seberapa dibandingkan perjuangan pendahulu tahun 1945 dalam merebut kemerdekaan, jika dahulu pahlawan kita mengorbankan jiwa dan raga demi keamanan dan ketentraman anak cucunya, sampai saat ini kita merasakan ketentraman tampa penjajahan Negara Imperialis dan hegemonik, maka kita sebagai generasi penikmat hasil perjuangan harus mengisi kemerdekaan ini dengan cara lain walaupun bukan seperti masa lalu, namun ruh pengorbanan dan perjuanganlah yang melandasi semangat bersama dalam pengabdian untuk bangsa tercinta kita. Jhon kennedy mantan presiden amerika serikat pernah mengatakan; Jangan tanyakan apa yang Negara berikan padamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan untuk negaramu., Ada baiknya kita mengambil bait sajak chairil dalam AKU untuk meransang rasa pantriotik/nasionalis berbangsa:

Biar Peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bias kubawa berlari

Berlari…

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi.

Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya salah satu kalimat dalam lagu Indonesia raya, siapapun yang menyanyikannya harus dengan penuh khidmat, menghayati dan menyentuh qalbu dalam gerak membangun jiwa pemberani, jiwa pengabdi, jiwa berdedikasi, jiwa berdemokrasi, jiwa berkompetisi dan jiwa merdeka yang penuh percaya diri, namun ini tidak cukup harus dilanjutkan dengan membangun badannya, membangun badannya dalam memaknai tidak ada yang diam melihat keterbelakangan, ketimpangan, kensenjangan, kebodohan, kemiskinan dan kita harus bergerak membangun peradaban dan keadaban yang mensejahterakan. Kita bukan sekedar bercita-cita tampa makna tapi kita sedang mengejar cita-cita yang akan membawa makna bagi bangsa kita.

 

Dirgahayu Republik Indonesia Ke 70

Jaya Indonesia

Ayo Kerja

Rakyat Sejahtera.

Wassalam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Back to top button