BPS: Jumlah Penduduk Miskin di Muarojambi Mencapai 17 Ribu Jiwa
Kerincitime.co.id, Berita Muaro Jambi – Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin di Kabupaten Muaro Jambi bertambah sebanyak 440 jiwa pada 2020 lalu, dilansir Brito.id media partner Kerincitime.co.id.
Angka penduduk miskin di Muaro Jambi pada 2019 tercatat sebanyak 16.860 jiwa. Sementara pada 2020 lalu angka kemiskinan tersebut mengalami penambahan sehingga jumlahnya menjadi 17.300 jiwa.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Muaro Jambi, Irna Afrianti mengatakan, angka kemiskinan di Muaro Jambi sepanjang 2019 dan 2020 secara persentase masih sama. Persentasenya tetap berada di angka 3,83 persen. Namun, secara kuantitas atau jumlah penduduknya terjadi peningkatan sekitar 440 penduduk yang terbilang miskin.
”Dua tahun terakhir ini dari segi persentasenya masih tetap 3,83 persen, tetapi memang dari segi kuantitas atau jumlahnya itu ada kenaikan sekitar 440 penduduk,” Kata Irna Afrianti Rabu (3/2/2021).
Irna menyebut, adanya kenaikan jumlah penduduk miskin di Muaro Jambi ini kemungkinan karena dampak pandemi Covid-19.
”Kemungkinan kenaikan sekitar 440 penduduk ini disebabkan oleh adanya penduduk yang terkena dampak dari pandemi Covid ini,” katanya.
Irna menjelaskan, untuk wilayah Provinsi Jambi, angka kemiskinan di Kabupaten Muaro Jambi termasuk dalam kategori yang terendah.
”Sebenarnya cukup baik juga ya pencapaian dari Muaro Jambi ini. Kalau dari sisi persentasinya, kita dua terendah. Jadi paling terendah penduduk miskinnya itu Sungai Penuh kemudian baru Kabupaten Muaro Jambi,” ujarnya.
Irna Afrianti mengatakan, BPS menentukan angka kemiskinan melalui angka Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dengan melihat dari faktor konsumsi pangan maupun non pangan. Indikator itulah yang dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan garis kemiskinan.
”Kalau untuk di Kabupaten Muaro Jambi, pada tahun 2020 garis kemiskinannya sekitar Rp409.104 per kapita per bulan,” katanya.
Irna menjelaskan, penduduk miskin itu adalah penduduk yang konsumsinya rendah dan hanya mampu memenuhi di bawah standar garis kemiskinan yang seharusnya
”Jadi kita tidak melihat sampai ke ciri-ciri fisiknya, tetapi kita melihatnya dari sisi konsumsinya. Apakah sudah terpenuhi konsumsi dari setiap individu untuk kebutuhan dasar hidupnya itu,” ujarnya. (Irw)