Berbeda dengan pilkada-pilkada sebelumnya, energi, adrenalin dan aura pilgub kali ini menampakkan kegembiraan masyarakat.
Dengan tingkat partisipasi hingga mencapai 60 %, dukungan kepada Al Haris menampakkan kesan yang unik. “memilih diri sendiri. Memilih kita”.
Sebagai orang yang hidup susah, sekolah terancam tidak selesai, hidup di jalanan, kerja serabutan, Al Haris melambangkan mimpi anak-anak muda yang sempat putus harapan.
Sebagai orang yang hidup susah, berbagai pekerjaan dilakoni. Entah sebagai penjual martabak, ganti oli motor, kernek mobil dilakukan demi satu keinginan. Bersekolah setinggi mungkin. Sekaligus sebagai hadiah kepada ibunya.
Cerita hidup yang dilakoni Al Haris persis dalam kisah-kisah sinetron. Yang sempat diremehkan. Diragukan. Bahkan sama sekali tidak terpikirkan Al Haris maju menjadi Gubernur.
Namun berbeda di pandangan masyarakat lapisan bawah.
Cerita dan kehidupan Al haris ternyata memberikan inspirasi, keteladanan dan mimpi. Dengan jalan panjang meniti dari bawah hingga mencapai posisi penting, cerita dan kehidupan Al Haris memberikan semangat, motivasi yang kuat kepada anak-anak muda yang sempat patah harapan.
Lihatlah bagaimana berbagai dukungan yang mengalir. Mereka dengan bangga menjadi saksi. Mereka menjadi penyaksi di setiap TPS. Bahkan mereka tidak sungkan-sungkan mengabarkannya melalui media sosial.
Namun ada yang menarik perhatian saya. Entah darimana dapat nomor WA dari saya. Setelah dia mencoblos, dia kemudian menuliskan. “Bang, kami memilih Al Haris. Kami bangga. Dia inspirasi saya, bang. Tolong sampaikan kepada Pak Al Haris. Saya memilih dia. Semoga amanah”.
Sayapun menjadi terharu. Kaget sekaligus gembira.
Ternyata. Diluar sana. Bersebaran dukungan dari berbagai lapisan masyarakat. Mereka menggerakkan badan. Datang ke TPS. Tanpa pamrih.
Mereka tidak terjebak dengan hiruk pikuk pilgub. Mereka bukan timses. Bahkan mereka sama sekali tidak pernah bertemu dengan Al Haris.
Mereka memilih dengan gembira. Merekalah pemilih Al Haris yang digerakkan hatinya untuk memilih.
Setelah saya pikir-pikir, sesungguhnya mereka sedang memilih.
Mereka memilih diri sendiri. Dan mereka mewujudkannya didalam pilgub Jambi 2020.
Suara mereka sering dilupakan sebagian kalangan.
Namun saya percaya. Suara itulah yang membuat Al Haris mampu meraup suara signifikan. Jauh mementahkan berbagai Lembaga survey sebelum Pilgub 2020.
Suara diam (silent mayority) lebih membumi dibandingkan dengan angka-angka matematis. Dan saya sudah lama memperhatikan suara mereka.
Dan itu yang membuat saya selalu senyum-senyum simpul. Membaca hasil survey yang selalu menempatkan Al Haris selalu di nomor buncit.
Suara diam kemudian mengajarkan saya. Kedaulatan rakyat tidak boleh diremehkan. Dia terus bekerja dalam sunyi. Namun kemudian meledak di TPS.
Selamat Datang, era baru Jambi. Pilkada kemudian mengajarkan banyak hal. Hanya orang yang bekerja di lapangan yang bisa belajar.
Langsung dari basis. Bukan dari hasil olahan data computer.
Direktur Media Publikasi dan Opini Tim Pemenangan Al Haris-Sani