Sekilas tentang Ghazali Burhan Riodja
Gazali Burhan Riodja Bin Haji Burhan Ilyas, Lahir di Sungai Penuh pada tanggal 11 Mei 1943, Pada zamannya (1943-1970) Ghazali Burhan Riodja, merupakan satu satunya sastrawan /penyair yang lahir di bumi pucuk Jambi Sembilan Lurah Propinsi Jambi. Beliau sosok sastrawan yang paling konsisten dalam berkarya, beliau wafat dalam usia yang masih teramat muda, Beliau wafat di tanah kelahirannya dusun Sungai Penuh pada tanggal, 9 Desember 1970 dalam usia 27 tahun.
Hingga di penghujung usianya,Gazali Burhan Riodja telah menciptakan lebih 250 sajak sajak yang telah di publikasikan, hingga saat ini puluhan sajak sajak karya Gazali Burhan Riodja masih berserakkan di sejumlah Kota dan disimpan di dalam kopor tua dikediaman keluarganya dan belum di publikasikan. Beliau juga telah menulis lebih 50 judul esai dan cerpen, namun jelang akhir hidupnya Gazali Burhan Riodja lebih memfokuskan diri pada penciptaan sajak sajak. Beliau pada suatu ketika mengatakan, dalam sajak /puisi ada “ Kelembutan ” Puisi itu lembut, sungguh puisi itu lembut, sungguh alangkah tentramnya dunia, bila ia dipenuhi oleh kelembutan, kata Ghazali Burhan sebagaimana di kutip ayahanda beliau H. Burhan Ilyas (Alm) saat penyusun bersilaturahmi dengan Ayahanda Burhan Ilyas suatu siang di tahun 1992.
Liberty,S.Pd,MH salah seorang pengagum Ghazali Burhan Riodja mengemukakan sajak sajak almarhum Ghazali Burhan lebih cenderung pada keindahan alam dan cinta, sejak masa kecil hingga penghujung usia Gazali Burhan tumbuh dengan menyerap pengaruh pengaruh disekitar keluarga dan lingkungannya. Karya karyanya sangat pekat dengan pengaruh budaya tradisi bahasa dan budaya alam Kerinci yang masih kental dengan adat istiadat yang kuat. Kondisi alam di pegunungan puncak Andalas yang airnya mengalir bening menjadi mata air bagi sajak sajak Gazali Burhan Riodja.
Di ketinggian Bukit Kahyangan Renah Kayu Embun dan diatas bukit terbakar lokasi Batu Puti Senang yang saat itu masih berupa jalan setapak dan sulit dijangkau ia telusuri hanya untuk menikmati betapa indahnya alam Kerinci tempat ia dilahirkan dan kelak juga tempat ia menutup mata untuk selama lamanya.Konon di lokasi inilah ia terinspirasi menciptakan Puisi Sekepal tanah surge, dan puisi Kerinci tanah idaman
KH.Zainuddin Ismail ulama dan tokoh masyarakat Kota Sungai Penuh menyebutkan, Gazali Burhan Riodja merupakan sosok periang, eksperesif dan menyukai kelembutan, untuk mencari sumber inspirirasi,tak jarang Ghazali Burhan Riodja harus mengelana – berjalan kaki mendaki ketinggian bukit bukit di pegunungan bukit barisan yang saat itu sulit ditempuh.
Penyair Gazali Burhan dimasa remajanya dikenal sebagai sosok pemuda yang supel dan Low Profil, pemikiran dan pandangannya yang jauh kedepan melampaui batas waktu dan sulit untuk dipahami oleh masyarakat pada zamannya, dalam bergaul beliau tidak memandang usia dan latar belakang status sosial sahabat sahabatnya, diantara sahabat sahabat dekat beliau tercatat nama H.Fauzi Siin, Kamaruddin, Alfian Mursalin dan Chalid Karim Leo.
Irwan Dahlan yang mengenal dekat GBR mengemukakan sosok Gazali Burhan Riodja yang sering menggunakan inisial “Ghazali Ariadjaya “ dikenal sosok pribadi yang ganteng dan parlente, ia tak suka bergunjing, tidak pemarah dan mudah memberi maaf. GBR sangat dekat dengan anak anak muda, pada waktu saya masih kelas IV sekolah dasar saya dan kawan kawan sering diajak GBR ketempat tempat yang indah untuk menyaksikan panorama alam Kerinci,yang dibaratkan oleh beliau”bagaikan segumpal tanah dari surga yang tercampak kedunia, terakhir beberapa waktu sebelum beliau menghembuskan nafas terakhir beliau mengajak saya dan beberapa orang kawan kawan ke Koto Pandan, dari atas ketinggian bukit Koto Pandan GBR memandang wajah alam Kerinci yang menurut GBR adalah negeri yang paling indah diantara negeri negeri yang pernah beliau kunjungi
Diatas ketinggian bukit kecil yang disebut Kota Pandan kami asyik bercengkerama dan bercanda riang, dan disaat itu GBR sempat menulis sajak ,dan kata kata yang beliau tulis 41 tahun yang silam hingga kini masih saya tercatat di dalam memori pikiran saya, Kalimat terakhir yang beliau tulis dalam bentuk sajak hanya terdiri dari tiga kalimat pendek :
Tintaku Habis
Mesin ku rusak
Kertasku habis
Tak berapa lama kemudian (sekitar dua bulan) setelah pertemuan saya yang terakhir dengan beliau di Koto Pandan,saya mendapat kabar tentang kepergian beliau untuk selama lamnya, saya yang kala itu masih duduk di bangku sekolah dasar merasa sangat berduka dan merasa sangat kehilangan, dan dipusaranya saya sempat meneteskan air mata menangisi kepergian almarhum ”kenang Irwan Dahlan”
Dalam ingatan saya, waktu itu GBR memang seorang pria yang parlente, dengan rambut disisir kebelakang dan menggunakan minyak rambut “Misparis” dan menghisap rokok Kansas, beliau terlihat ramah dan lembut, tak pernah saya mendengar dan melihat beliau marah, salah satu kebiasaan beliau yang saya tahu ialah beliau sering “ merenung ” tatapan matanya jauh kedepan sambil menghembus asap rokok beliau menuliskan beberapa bait sajak sajak, tulisan sajak sajak yang beliau tulis diatas kertas dan terkadang beliau ketik itu mengandung makna yang tak banyak orang pada waktu itu yang dapat memahaminya jalan pikiran beliau
Menurut saya pikiran pikiran yang beliau rangkai dalam sajak sajaknya “Melampaui” alur pemikiran orang orang kebanyakan saat itu, bagi saya GBR itu adalah seorang Pujangga besar di alam Kerinci Propinsi Jambi yang tak tergantikan.
Amri Swarta,Sastrawan alam Kerinci kepada penyusun mengungkapkan GBR adalah sosok sastrawan yang punyai nilai jauh melampaui waktu, salah satu contoh karyanya yang membumi ialah Kerinci Sekepal Tanah Surga, meski jalan pikirannya sering dianggap “berseberangan” namun GBR tetap seorang manusia yang memiliki alur pemikiran yang sulit dipahami oleh lingkungan dan masyarakat di zamannya.
Rasa kagum dan kecintaannya yang amat besar terhadap tanah kelahiran telah meng ilhami Gazali Burhan untuk menulis Sajak “ Kerinci Sekepal Tanah Surga, Sebuah Anugerah Untuk Dunia “. Gazali Burhan Riodja sungguh sangat meng agungkan Sang Pencipta. dan mengagumi tanah kelahirannya.
Setelah beliau wafat, karya karya sastra terutama sajak sajak yang ia tinggalkan merupakan sebuah karya sastra yang tak ternilai harganya,tak banyak anak anak muda di alam kerinci yang mengetahui sajak sajak karya GBR. dan saya secara pribadi memberikan apresiasi kepada Lembaga Bina Potensia Aditya Mahatva Yodha yang telah menerbitkan Antalogi Puisi Gazali Burhan Riodja, Kewajiban kita saat ini adalah merawat karya karya sastra yang telah di lahirkan oleh Sang Pujangga Besar Alam Kerinci sekaligus meneruskan cita cita almarhum
Kini sang penyair telah tiada, beliau telah pergi untuk selama lamanya menghadap Tuhan nya , namun karya dan pikirannya tak pernah hilang,Beliau wafat dalam usia yang sangat muda, dalam usia sangat muda beliau telah meninggalkan ratusan karya karya sajak sajak- puisi, esai dan cerpen.
Penyair Jambi Sudirman Abdullah dan Asro Al Murthawy mengungkapkan,GBR adalah Penyair Sumatera yang dilahirkan di Sungai Penuh, beliau adalah penyair yang mampu memberikan warna baru bagi kaum penyair, selayaknyalah pemerintah dan masyarakat seni di Propinsi Jambi khususnya di alam Kerinci ( Kota Sungai Penuh dan Kabupaten Kerinci) memberikan apresiasi dan tempat yang layak kepada beliau, setidaknya merawat karya GBR sekaligus memasyarakatkan karya karya GBR ketengah tengah masyarakat terutama dikalangan dunia pendidikan di alam Kerinci.
Almarhum Ghazali Burhan Riodja merupakan“ Benggawan Sastrawan ” yang lahir di Propinsi Jambi, beliau seoramg pujangga besar yang hidup di zamannya, hampir seluruh seniman / peyair di Sumatera tengah pada saat itu mengenal sosok dan karya karya sastra yang beliau ciptakan
Melalui suratnya yang terakhir tanggal 4 September 1969, yang ditujukan kepada Bapak. M.Senin Ilyas (Alm), Sang Penyair secara tertulis mengirimkan 15 puisi terakhir dan dua buah sajak yakni ”Mekar kasih di kaki gunung Kerinci dan terpaut di Kerinci. dan 15 bulan kemudian tanggal 9 Desember 1970, Sang Benggawan sastra alam Kerinci dengan damai menghembuskan nafas terakhir disaksikan putra tunggal,istri, saudara saudaranya para kerabat dan kalangan seniman/budayawan di alam Kerinci, Ucapan berbelansungkawa juga datang dari para sastrawan dan budayawan di Sumatera Tengah,Sumatera Utara dan Jakarta.
Catatan yang penyusun dapatkan menyebutkan bahwa kelima belas puisi yang diciptakan oleh Gazali Burhan Riodja dan dikirim kepada Jawatan Kebudayaan Kerinci itu antara lain, Menara kita, Bogor, Aku adalah dua, Yang baka adalah duka, Gubug gubuk indah, Selamat siang anak haram – selamat
siang Indonesia, Kulihat mereka melihat lihat kepadaku, Kotaku, aku dan bukit bukit, Ketika hari kian gemulai, dan sebagian dari puisi puisi tersebut penyusun rangkum dalam antalogi ini, dan bagian lain dari karya karya Gazali Burhan Riodja masih diselimuti misteri, dan untuk memenuhi harapan guru guru bahasa dan satra serta rekan rekan penikmat puisi kami menerbitkan antalogi yang kami kutip dari judul Puisi Gazali Burhan Riodja yang berjudul”Sungai Penuh Kota kami yang tentram”
Ir.H. Mahdi Thaib,MM mantan aktifis kebudayaan alumni Universitas Gajah Mada Yokyakarta dan Fitra Helmi Pemerhati dan budayawan muda Kota Sungai Penuh menyambut baik ide dan gagasan Lembaga Bina Potensia yang menerbitkan Antalogi Puisi Gazali Burhan Riodja, Antalogi yang diterbitkan ini selain untuk mengenang ”Sang Benggawan Sastrawan Alam Kerinci” Propinsi Jambi lebih dari itu hendaknya disebar luaskan ketengah tengah masyatakat terutama dikalangan dunia pendidikan.
Untuk melestarikan, merawat nilai nilai seni dan budaya dan menggali potensi potensi generasi muda di alam Kerinci khususnya di Kota Sungai Penuh sudah sepantasnya pemerintah untuk membangun Taman Budaya sebagai pusat Pagelaran pertunjukkan Seni dan Budaya Kota Sungai Penuh sekaligus untuk melahirkan bibit bibit seniman dan budayawan muda
Harapan kami mudah mudahan dengan penerbitan Antalogi puisi ini akan menggugah semua pencinta seni dan kebudayaan dan membantu menggali, melestarikan dan mengumbuhkan potensi seni dan Kebudayaan termasuk dunia kepenyairan di negeri yang sama sama kita cintai.
Akhirnya kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada Bapak Prof.Dr.H.Asafri Jaya Bakri,MAWalikota Sungai Penuh,Bapak H.Liberty,S.Pd.MH Ketua DPRD Kabupaten Kerinci,Bapak Fitra Helmi Kepala Bapeda Kota Sungai Penuh,Bapak Depati H.Alimin dan semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun dan menerbitkan Antalogi puisi ini